Jumat, 03 Desember 2010

WABAH itu KLB itu WABAH

1. Apa saja kriteria suatu kejadian penyakit dikatakan wabah/KLB?
Jawab:

Kriteria tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur:

  • Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak dikenal
  • Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)
  • Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
  • Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.

2. Apa yang dimaksud dengan “Herd Immunity”?
Jawab:

Kekebalan Kelompok (Herd Immunity) Adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu anggota kelompok tersebut.

Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk tertentu.

3.Apa yang seharusnya kita lakukan agar fenomena wabah/KLB dapat dicegah?
Jawab:

Penanggulangan KLB :

  • SKD KLB
  • Penyelidikan dan penanggulangan KLB
  • Pengembangan sistem surveilans termasuk pengembangan jaringan informasi Koordinasi kegiatan surveilans : lintas program dan lintas sektoral

Upaya penanggulangan ini meliputi pencegahan penyebaran KLB, termasuk pengawasan usaha pencegahan tersebut dan pemberantasan penyakitnya. Upaya penanggulangan KLB yang direncanakan dengan cermat dan dilaksanakan oleh semua pihak yang terkait secara terkoordinasi dapat menghentikan atau membatasi penyebarluasan KLB sehingga tidak berkembang menjadi suatu wabah (Depkes, 2000).

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh tim epidemiologi (Dinkes Kota Surabaya, 2002).

Jumat, 26 November 2010

SISTEM SURVEILAN DBD

Penyakit Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorrhagic Fever) atau lebih dikenal dengan DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue. Virus ini ditularkan dari orang ke orang oleh nyamuk Aedes aegypti. Kota Semarang termasuk daerah endemis DBD. Kalau kita melihat Angka insidensi DBD di Kota Semarang, pada tahun 2005 jumlah penderita DBD mencapai 2.297 dengan CFR 1,7 (DKK Semarang, 2005). Situasi penyakit DBD di Kota Semarang pada tahun 2007 merupakan fenomena terbesar kejadiannya selama 13 tahun terakhir, dengan jumlah penderita mencapai 2924 kasus. Tahun 2008 situasinya bahkan semakin buruk dimana kasus DBD yang terjadi sebanyak 3868 kasus.

Melihat kegawatan penyakit ini maka seharusnya sistem pencatatan dan pelaporan guna keperluan perencanaan, pencegahan dan pembarantasan penyakit DBD didukung oleh sistem yang handal, yakni suatu sistem yang dapat menyediakan data dan informasi yang akurat, valid dan up to date. Namun sampai saat ini sistem surveilans DBD di Dinas Kesehatan Kota Semarang masih dikerjakan secara manual. Dengan sistem seperti ini maka sering timbul masalah tentang keterlambatan pelaporan serta data yang disajikan tidak up to date, yang pada akhirnya akan menggangu proses perencanaan, pencegahan dan upaya-upaya pembarantasan. Maka untuk itu perlu dirancang suatu sistem surveilans yang didukung oleh teknologi informasi sehingga bisa diakses secara on line oleh petugas kesehatan (baik Puskemas maupun dinas kesehatan) serta masyarakat pada umumnya.

Sistem surveilans penyakit DBD adalah pengamatan penyakit DBD di Puskesmas meliputi kegiatan pencatatan, pengolahan, dan penyajian data penderita DBD untuk pemantauan mingguan, laporan mingguan wabah, laporan bulanan program P2DBD, penentuan desa/kelurahan rawan, mengetahui distribusi kasus DBD/kasus tersangka DBD per RW/dusun, menentukan musim penularan dan mengetahui kecenderungan penyakit (Ditjen P2M & PLP, 1992).

Kegiatan penanggulangan yang dilakukan antara lain pengasapan, pemberantasan sarang nyamuk (PSN), abatisasi dan penyuluhan. Beberapa faktor penyebab DBD diantaranya karena peningkatan kasus di daerah endemis, beberapa daerah yang selama ini sporadis terjadi KLB, kemungkinan ada kaitannya dengan pola musiman 3-5 tahunan, kemudian bila dilihat dari hasil PJB, angka bebas jentik (ABJ) dibeberapa daerah endemis masih dibawah 95% (tahun 2004 ABJ sebesar 92,0%), untuk tahun 2006, ABJ tercatat sebesar 68,48%. Sedangkan untuk tahun 2007 ABJ tercatat 65,21% dan untuk tahun 2008 ini ABJ mengalami peningkatan sebanyak 68,90 %.

Sistem surveilan DBD yang baik harus memenuhi Indikator kinerja sebagai berikut :

a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebesar 90%.

b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota sebesar 80%.

c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator epidemiologi STP
sebesar 80%.

d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 100%.

e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke
Dinas Kesehatan Propinsi sebesar 90%.

f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen
PPM&PL Depkes sebesar 100%.

g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Propinsi ke Ditjen
PPM&PL Depkes sebesar 90 %.

h. Distribusi data dan informasi bulanan kabupaten/kota, propinsi dan nasional sebesar 100%

i. Umpanbalik laporan bulanan kabupaten/kota, propinsi dan nasional sebesar 100%.

j. Penerbitan buletin epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali setahun.

k. Penerbitan buletin epidemiologi di Propinsi dan Nasional adalah sebesar 12 kali setahun

l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi Kabupaten/Kota, Propinsi dan Nasional adalah satu kali setahun

Kamis, 14 Oktober 2010

Epidemiologi Dan Peranannya Dalam Mengatasi Masalah Kesehatan Masyarakat

A. PENDAHULUAN

Untuk dapat memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, mencegah dan mengobati penyakit serta memulihkan kesehatan masyarakat perlu disediakan dan diselenggarakan Pelayanan Kesehatan Masyarakat ( Public Health Service ) yang sebaik-baiknya. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan ( Health Needs ) dari masyarakat. Namun dalam praktek sehari-hari ternyata tidaklah mudah untuk menyediakan dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat yang maksimal. Masalah pokok yang dihadapi adalah sulitnya merumuskan kebutuhan kesehatan yang ada dalam masyarakat karena pola kehidupan masyarakat yang beraneka ragam sehingga mengakibatkan kebutuhan kesehatan yang ditemukan juga beraneka ragam. Untuk mengatasinya, telah diperoleh semacam kesepakatan bahwa perumusan kebutuhan kesehatan dapat dilakukan jika diketahui masalah kesehatan yang ada di masyarakat. Misalnya ; apabila dalam suatu masyarakat banyak ditemukan masalah kesehatan berupa penyakit menular ( TBC ), maka pelayanan kesehatan yang disediakan akan lebih diarahkan kepada upaya untuk mengatasi masalah penyakit menular tersebut. Apabila hal ini kemudian dikaitkan dengan upaya untuk mengetahui Frekwensi, Penyebaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi suatu masalah kesehatan dalam masyarakat, maka tercakup dalam suatu cabang Ilmu Khusus yang disebut dengan Epidemiologi. Dan Epidemiologi ini merupakan inti dari Ilmu Kesehatan Masyarakat. ( Gordis, 2000 ).

Epidemologi, sebagai ilmu diagnosa kesehatan masyarakat,terus berkembang dari pengalaman menghadapi sepak terjang penyakit sebagai fenomena massa.Ketika wabah penyakit menular melanda bangsa-bangsa di dunia ,epidemologi diartikan sebagai ilmu tentang epidemi (wabah). Untuk mengatasi suatu wabah yang tengah bercambuk ,perlu di ketahui bagaimana menjalarnya wabah tersebut dengan mengamati siapa-siapa yang terserang,dimana wabah menyerang sejumlah orang tertentu.

Pada perkembangannya dapat diartikan sebagai, ilmu tentang Distribusi (penyebaran) dan Determinan (faktor-faktor penentu) masalah kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan.Dari definisi di atas munculah pertanyaan bagaimana peranan epidemologi dalam pemecahan masalah kesehatan.

B. PEMBAHASAN

Dalam bidang kesehatan, pengenalan masalah merupakan suatu landasan bagi pengelolaan kesehatan, yaitu untuk merencanakan ataupun mengatasi masalah yang dihadapi. Brian Mac Mahon (1970) , pakar Epidemiologi AS bersama Thomas F pugh penulis buku “Epidemiologi : Principles And Methods”

“Epidemiologi is the study of the disribution and determinants of disease frequency in man”. Epidemiologi adalah studi tentang penyebaran dan penyebab penyakit frekuensi pada manusia dan mengapa terjadi distribusi semacam itu.

Tampak bahwa Mac Mahon menekankan Epidemiologi sebagai suatu pendekatan metodologi dalam menentukan distribusi penyakit dan mencari penyebab mengapa terjadi distribusi sedemikian dari suatu penyakit.

Regional Committe Meeting ke-42 menetapkan definisi epidemologi, yaitu ilmu yang mempelajari distribusi dan determinan dari peristiwa kesehatan dan peristiwa lainya yang berhubungan dengan kesehatan yang menimpa sekelompok masyarakat ,dan menerapkan ilmu tersebut untuk memecahkan masalah-masalah kesehatan .Sementara dalam definisi yang lain, epidemologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari distribusi, frekuensi, dan determinan penyakit atau masalah kesehatan pada masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut diatas, terkandung tiga komponen penting dalam epidemologi yaitu : 1) Frekuensi, 2) distribusi, 3) Determinan.

1. Frekuensi

Merupakan upaya melakukan kuantifikasi atau proses pathologis atas kejadian untuk mengukur besarnya kejadian untuk mengukur besarnya kejadian/masalah serta untuk melakukan perbandingan.Frekwensi yang dimaksudkan disini menunjuk pada besarnya masalah kesehatan yang terdapat pada sekelompok manusia/masyarakat. Untuk dapat mengetahui frekwensi suatu masalah kesehatan dengan tepat, ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu:

a. Menemukan masalah kesehatan yang dimaksud.

b. Melakukan pengukuran atas masalah kesehatan yang ditemukan tersebut

2. Distribusi

Menunjukan bahwa dalam memahami kejadian yang berkaitan dengan peyakit atau masalah kesehatan,epidemologi menggambarkan kejadian tersebut menurut karakter/variabel orang,tempat,dan waktu. Yang dimaksud dengan penyebaran/distribusi masalah kesehatan disini adalah menunjuk kepada pengelompokan masalah kesehatan menurut suatu keadaan tertentu. Keadaan tertentu yang dimaksudkan dalam epidemiologi adalah :
a. Menurut ciri-ciri manusia ( MAN )
b. Menurut tempat ( PLACE )
c. Menurut waktu ( TIME )

3. Determinan

Adalah faktor yang mempengaruhi,berhubungan atau memberi risiko terhadap terjadinya penyakit /masalah kesehatan.

Yang dimaksud disini adalah menunjuk kepada factor penyebab dari suatu penyakit/masalah kesehatan baik yang menjelaskan Frekwensi, penyebaran ataupun yang menerangkan penyebab munculnya masalah kesehatan itu sendiri. Dalam hal ini ada 3 langkah yang lazim dilakukan yaitu :
a. Merumuskan Hipotesa tentang penyebab yang dimaksud.
b. Melakukan pengujian terhadap rumusan Hipotesa yang telah disusun.
c. Menarik kesimpulan.

C. PERANAN EPIDEMOLOGI DALAM BIDANG KESEHATAN

Dari kemampuan Epidemiologi untuk mengetahi distribusi dan faktor- faktor penyebab masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan. Maka epidemiologi diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat, berupa :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperanan dalam terjadinya penyakit atau masalah kesehatan dalam masyarakat dalam mencari data untuk penanggulangan serta cara pencegahanya.

2. Menyiapakan data/informasi untuk keperluan program kesehatan dengan menilai status kesehatan dalam masyarakat serta memberikan gambaran tentang kelompok penduduk yang terancam.

3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah dilakukan.

4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam upaya untuk mengatasi atau menanggualangi baik penyakit perorangan (tetapi dianalisis dalam kelompok )maupun kejadian luar biasa (KLB)/wabah dalam masyarakat.

5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu dipecahkan.

Tampak bahwa Epidemiologi dapat dipergunakan dalam proses perencanaan yang meliputi identifikasi masalah, memilih prioritas, menyusun objektif, menerangkan kegiatan koordinasi, dan evaluasi ( DEVER, hal ix)

Selain itu dalam mempersipkan suatu intervensi pendidikan kesehatan, epidemiologi dapat diperunakan dalam membuat suatu “Diagnosis Epidemiologi” dari masalah yang memerlukan intervensi itu (GREEN, 15). Disini epidemiologi berperan dalam menentukan masalah kesehatan (health problem) berdasarkan indikator vital seperti mortalitas, morbiditas, fertilitas dan disabilitas. Juga dapat dipakai dalam menghirung frekuensi penyakit dalam bentuk insiden, prevalensi, distribusi, intensitas, dan perlangsungan (duration) suatu penyakit.

Sebagai contoh peranannya sebagai alat diagnosis keadaan kesehatan masyarakat (GREEN, hal 37), epidemiologi dapat memberikan gambaran/diagnosis tentang masalah yang berkaitan dengan kemiskinan (poverty) berupa malnutrisi, overpopulasi, kesakita ibu, rendahnya kesehatan infant, alcoholism, anemia, penyakit-penyakit parasit, dan kesehatan mental.

Sabtu, 08 Mei 2010

Apa yang kau lihat?

Oleh: Steve Goodier

Apa Yang Kau Lihat?
Pada jaman dahulu hiduplah dua orang jendral perang besar, Cyrus dan Cagular. Cyrus adalah raja Persia yang terkenal. Sedangkan Cagular adalah kepala suku yang terus-menerus melakukan perlawanan terhadap serbuan pasukan Cyrus.
Pasukan Cagular mampu merobek-robek kekuatan tentara Persia sehingga membuat berang Cyrus karena ambisinya untuk menguasai perbatasan daerah selatan menjadi gagal. Akhirnya, Cyrus mengumpulkan seluruh kekuatan pasukannya, mengepung daerah kekuasaan Cagular dan berhasil menangkap Cagular beserta keluargnya. Mereka lalu dibawa ke ibu kota kerajaan Persia untuk diadili dan dijatuhi hukuman.

Pada hari pengadilan, Cagular dan istrinya dibawa ke sebuah ruangan pengadilan. Kepala suku itu berdiri menghadapi singgasana tempat Cyrus duduk dengan perkasanya. Cyrus tampak terkesan dengan Cagular. Ia tentu telah mendengar banyak tentang kegigihan Cagular. "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidupmu?" tanya sang kaisar. "Yang mulia," jawab Cagular, "Bila Yang Mulia menyelamatkan hidup hamba, hamba akan kembali pulang dan tunduk patuh pada Yang Mulia sepanjang umur hamba." "Apa yang akan kau lakukan bila aku menyelamatkan hidup istrimu?" tanya Cyrus lagi.
"Yang mulia, bila Yang Mulia menyelamatkan hidup istri hamba, hamba bersedia mati untuk Yang Mulia," jawab Cagular. Cyrus amat terkesan dengan jawaban dari Cagular. Lalu ia membebaskan Cagular dan istrinya. Bahkan ia mengangkat Cagular menjadi gubernur yang memerintah di propinsi sebelah selatan.

Pada perjalanan pulang, Cagular dengan penuh antusias bertanya pada istrinya, "Istriku, tidakkah kau lihat pintu gerbang kerajaan tadi? Tidakkah kau lihat koridor ruang pengadilan tadi? Tidakkah kau lihat kursi singgasana tadi? Itu semuanya terbuat dari emas murni!"
Istri Cagular terkejut mendengar pertanyaan suaminya, tetapi ia menyatakan, "Aku benar-benar tidak memperhatikan semua itu." "Oh begitu!" tanya Cagular terheran-heran, "Lalu apa yang kau lihat tadi?" Istri Cagular menatap mata suaminya dalam-dalam. Lalu ia berkata, "Aku hanya melihat wajah seorang pria yang mengatakan bahwa ia bersedia mati demi hidupku."

Apakah anda tahu demi apa anda mati? Demi kekasih anda? Rumah? Negara? Keyakinan? Kebebasan? Cinta?
Tentukan demi apa anda bersedia untuk mati, dan anda pun akan menemukan demi apa anda hidup. Hiduplah demi sesuatu yang anda bersedia untuk berkorban, bahkan mati pun rela, maka anda akan hidup dengan penuh. Anda pun akan menemukan bagaimana anda bisa berbahagia.

Selasa, 27 April 2010

persepsi

Ada seorang ayah yang menjelang ajalnya di hadapan sang Istri berpesan DUA hal kepada 2 anak laki-lakinya :
- Pertama : Jangan pernah menagih hutang kepada orang yg berhutang kepadamu.
- Kedua : Jika pergi ke toko jangan sampai mukanya terkena sinar matahari.

Waktu berjalan terus. Dan kenyataan terjadi, bahwa beberapa tahun setelah ayahnya meninggal anak yang sulung bertambah kaya sedang yang bungsu menjadi semakin miskin.

Pada suatu hari sang Ibu menanyakan hal itu kepada mereka.

Jawab anak yang bungsu :
“Ini karena saya mengikuti pesan ayah. Ayah berpesan bahwa saya tidak boleh menagih hutang kepada orang yang berhutang kepadaku, akibatnya modalku susut karena orang yang berhutang kepadaku tidak membayar sementara aku tidak boleh menagih”.

“Juga Ayah berpesan supaya kalau saya pergi atau pulang dari rumah ke toko dan sebaliknya tidak boleh terkena sinar matahari. Akibatnya saya harus naik becak atau andong, padahal sebetulnya saya bisa berjalan kaki saja, tetapi karena pesan ayah itu, akibatnya pengeluaranku bertambah banyak”.

Kepada anak yang sulung yang bertambah kaya, sang Ibu pun bertanya hal yang sama.
Jawab anak sulung :
“Ini semua adalah karena saya mentaati pesan ayah. Karena Ayah berpesan supaya saya tidak menagih kepada orang yang berhutang kepada saya, maka saya tidak pernah menghutangkan sehingga dengan demikian modal tidak susut”.

“Juga Ayah berpesan agar supaya jika saya berangkat ke toko atau pulang dari toko tidak boleh terkena sinar matahari, maka saya berangkat ke toko sebelum matahari terbit dan pulang sesudah matahari terbenam. Karenanya toko saya buka sebelum toko lain buka, dan tutup jauh sesudah toko yang lain tutup.”

“Sehingga karena kebiasaan itu, orang menjadi tahu dan tokoku menjadi laris, karena mempunyai jam kerja lebih lama”.


MORAL CERITA :
Kisah diatas menunjukkan bagaimana sebuah kalimat di tanggapi dengan presepsi yang berbeda.
Jika kita melihat dengan positive attitude maka segala kesulitan sebenarnya adalah sebuah perjalanan membuat kita sukses tetapi kita bisa juga terhanyut dengan adanya kesulitan karena rutinitas kita… pilihan ada di tangan anda.

‘Berusahalah melakukan hal biasa dengan cara yang luar biasa’

Sabtu, 24 April 2010

"Keluarga Indonesia Sehat 2018 vs Perampok HAM Rakyat Untuk Sehat"

Dewasa ini sistem pelayanan publik semakin mendapatkan perhatian setelah dikeluarkannya UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, apalagi uu ini direncanakan akan mulai diterapkan pada tahun 2010.

Kehadiran undang-undang ini dapat memberikan kepastian hukum dan menjadi jembatan komunikasi antara masyarakat dan pemerintah. UU ini bukan hanya untuk kepentingan institusi pemerintah melainkan juga korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang, dan badan hukum yang dibentuk untuk penyelenggaraan pelayanan publik, UU ini juga berlaku untuk kalangan swasta yang mengemban misi negara.

Dengan diberlakukannya UU ini, penyelenggara atau pelaksana pelayanan publik yang tidak melaksanakan pelayanan sesuai dengan standar,dapat dikenai sanksi. Mulai dari ganti rugi, sanksi perdata, administratif, dan sanksi pidana.UU Pelayanan Publik juga mempertegas dan memperluas peranan Komisi Ombudsman sehingga tidak saja memberikan rekomendasi, tetapi juga bisa melakukan ajudifikasi.Dengan demikian, komisi ini dapat mendorong terciptanya pelayanan yang memuaskan.

Fasilitas pelayanan kesehatan tentu juga termasuk di dalamnya, oleh karena itu pemerintah juga sudah semestinya berupaya untuk trus dapat meningkatkan kualitas dari pelayanan kesehatan bagi rakyatnya. berbagai upaya telah dilakukan pemerintah demi hal ini, khususnya berbagai upaya demi perbaikan kualitas Puskesmas, beberapa peraturan telah disahkan dari perbaikan sistem tenaga kesehatan hingga hospitalisasi Puskesmas yang tidak masuk akal. Pusat Kesehatan Masyarakat yang baik adalah bila sebagian besar masyarakat yang ada di sekitarnya adalah orang sehat, bukan seperti rumah sakit yang mengurusi orang2 sakit.

Terobosan paling mutakhir yang dilakukan oleh pemerintah pada saat ini adalah program Dokter Keluarga yang merupakan pesan dari UU SJSN 2004. Akhirnya UU ini mulai memperlihatkan hasilnya bagi kepentingan masyarakat, PB IDI pun pada kegiatan diskusi bulanan ke 6 pada januari 2009 mengindikasikan bawa IDI juga mendukung program pemerintah untuk tidak lagi menyelenggarakan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) strata pertama melalui puskesmas. Penyelenggaraan UKP akan diserahkan kepada masyarakat dan swasta dengan menerapkan konsep dokter keluarga, kecuali di daerah yang terpencil. konsep dokter keluarga sudah terbukti di negara maju untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, konsep ini juga dapat membantu program kerja Menkes Endang tentang Revitalisasi Puskesmas, dimana pada akhirnya pUskesmas akan berkonsentrasi pada Upaya Kesehatan Masyarakat sedangkan UKP akan dipegang oleh para dokter keluarga. karena pada kenyataannya puskesmas yang terlalu banyak menjalankan porsi UKP, tidak memuaskan masyarakat, karena jarang ada dokter yang standby peran dokter banyak digantikan dengan paramedis. porsi UKM pun ditelantarkan, sudah kesehatan masyarakat tidak diperhatikan, kesehatan peroranganpun gagal diatasi. akhirnya surat rujukan gampang didapatkan dari puskesmas, tambah satu lagi peran yang gagal dilaksanakan, yaitu peran gate keeper. alhasil biaya kesehatan menjadi tambah mahal, karena inflasi biaya kesehatan yang tinggi. TAU DONK APA YANG DILAKUKAN PIHAK RS UNTUK MENEGAKKAN DIAGNOSIS SUATU PENYAKIT ????!!!!!!!

Dokter Keluarga telah terbukti mampu mengendalikan rate rujukan di negara maju, tapi tetap saja solusi ini susah sekali untuk diterapkan di Indonesia, kenapa???? karena selain sebagai fungsi kesehatan rupanya puskesmas juga menempati fungsi ekonomi bagi PEMDA melalui Dinas Kesehatan di masing2 daerah. Tak terbayangkan jahatnya penguasa daerah, subsidi yang diberikan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan hingga hampir menyerupai sebuah RS ternyata hanya merupakan cara untuk menjaring lebih banyak "pelanggan" sehinnga setoranpun semakin tinggi. Puskesmas sebagai sumber PAD, ya itulah yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. padahal PAD dapat lebih tinggi melalui produktivitas warga dengan cara meningkatkan kualitas "kesehatan masyarakat", meskipun perlu kajian yang lbh mendalam untuk ini.